Selamat Datang di Artikel Motivasi Sahabat Sejati



Selasa, 23 November 2010

SERUAN PARA RIJALULLAH BUMI MENYIKAPI DUNIA DI AMBANG TUTUP USIA

IDRIS NAWAWI
Rijalullah Bumi: “Sebentar lagi, sifat alam akan murka dengan rapuhnya dasar bumi yang sudah membara. Kini kita sebagai manusia yang menjalani syareat derajat dirinya harus melerai dan bisa meredam dari segala sifat kohar alam….” Benarkah bencana besar akan kembali tiba?
Seiring akhir zaman, yang di dalamnya terdapat beraneka ragam musibah dan bencana, kini para Rijalullah Bumi telah menyerukan kepada seluruh ummat di dunia, “Perliharalah akhlak dan amalmu sebaik mungkin. Sesungguhnya sebentar lagi bumi akan mengakhiri usianya.”
Keaktifan alam sejak diturunkannya Adam AS dan Saidah Siti Hawa ke permukaan bumi ini merupakan Sunnatullah. Semua sifat alam telah diperintah sang Illahi untuk selalu menjaga dan memberikan kebutuhan hidup bagi manusia, sebagai suatu pengabdian sampai akhir zaman kelak.

Berjuta tahun pengabdian sifat alam masih dijalani hingga kini. Namun, seiring zaman bertambahnya para manusia yang berdiam di atas bumi ini, sifat alam mulai goyah. Ia tak sekokoh dulu lagi. Semua ini bukan semata karena banyaknya manusia dari zaman ke zaman, melainkan karena bertambahnya dosa yang menumpuk atas kedzoliman para makhluk bumi, sehingga alam tak kuat lagi menopangnya.
Kini, seluruh sifat alam mulai berontak dan terus memohon kepada sang Pencipta alam semesta untuk suatu perubahan. Bumi dan laut sudah lebih dahulu memohon untuk mengakhiri hidupnya bersama para manusia yang ada di atasnya.
Bagaimanapun kuatnya sifat alam untuk menjaga alam jagat raya ini, mereka hanya sebuah af’al (ciptaan) yang tentu mempunyai kekurangan, yaitu kefanaan/rusak. Karena sifat fana itu, lambat laun semuanya akan berakhir dengan kehancuran.
Kini sudah banyak terbukti. Berbagai bencana alam atau musibah datang silih berganti, melanda seluruh belahan jagat raya. Kerapuhan sifat alam yang disebabkan oleh dosa para makhluk yang terus menindihnya sejak zaman Adam as, hingga kini membuat sifat alam mengalami berbagai kerusakan dan kefatalan, sehingga nyawa manusia terancam di dalamnya.
Lantas, bagaimana dengan perputaran sifat alam yang masih aktif seperti sekarang ini, yang diyakini bahwa jagat raya sudah mau tutup usia? Inilah jawaban secara hakikat sebenarnya.
Namun, sebelum Misteri mengulasnya lebih dalam, Penulis terlebih dahulu memohon maaf kepada seluruh ulama Ahlul Fiqih, apabila dalam pengulasan ini agak sedikit berseberangan pendapat. Sebab, bagaimapun juga kita satu tujuan (Allah SWT). Perbedaan pendapat sesungguhnya adalah sebuah rahmat.
Dalam pembedaran ini, Misteri akan mengambil satu hukum DID BIDAUKIYATUL JAMALIYAH (ilmu yang tidak ada dalam kitab, langsung lewat pemahaman isyarat para Ahlillah).
Dalam satu perkumpulan pengajian di kediaman Penulis, Al Habib Syekh Mindarajatil Wilayah Wa Quthbul Mutlak Fi Hadzaz Zaman, berujar di depan 10 santri pilihannya. Ini berlangsung sebelum empat hari menjelang terjadinya gempa di Indramayu 9 Agustus 2007 lalu. Kurang lebih penturannya sebagai berikut :
“Bagaimana aku harus menyikapi suatu keadilan yang telah dipercayakan kepadaku, apabila keadilan itu datangnya dari sifat alam yang menuntut atas segala dosa dan kedzoliman para makhluk hidup yang terus menindihnya. Kini bumi dan laut telah datang dengan wujud aslinya. Mereka menuntut dengan wajah garang membara. Lantas apakah aku harus berdiam diri dengan tuntutan mereka atas sifat koharnya (keras).”
Beliau melanjutkannya lagi, “Sebentar lagi, sifat alam akan murka dengan rapuhnya dasar bumi yang sudah membara. Kini kita sebagai manusia yang menjalani syareat derajat dirinya harus melerai dan bisa meredam dari segala sifat kohar alam. Mari kita bersama-sama menyerukan asma’ kebesaranNya. ‘Allahu Akbar’. Secara istiqomah, ikhlas dan terus memohon. Semoga bencana ini dijauhkan dari marabahaya sifat manusia. Amin.”
Dalam keadaan genting seperti ini, mereka para Rijalullah Bumi terus tak henti-hentinya memohon pada sang pencipta alam semesta untuk keselamatan seluruh ummat manusia di dunia. Lantas, bagaimana dengan manusia itu sendiri? Apakah mereka juga berpikir seperti halnya para Rijalullah Bumi? Wallahu’alam.
Yang jelas, tepatnya Rabu malam (8 Agustus 2007), pukul 21.15 WIB, angin puting beliung tiba-tiba datang dari arah timur menuju laut Cirebon dengan kencangnya. Angin itu meliuk-liuk di tengah lautan lepas tanpa henti-hentinya. Suara gemuruh yang ditimbulkan dari kencangnya angin puting beliung, membuat pinggiran pesisir Cirebon terasa bagaikan runtuh.
Tapi anehnya, angin puting beliung itu hanya berputar-putar di atas lautan Cirebon saja, tanpa menyentuh apalagi sampai merusak perumahan penduduk setempat. Dan kejadian ini hanya berlangsung sekitar 4 menitn, setelah itu raib entah kemana.
Baru pukul 00.15, bumi bergetar hebat sampai terasa di kediaman Penulis. Dan setelah dapat informasi langsung dari salah satu stasiun televisi swasta, ternyata apa yang diucapkan sang Habib, benar adanya. Yaitu, gempa dengan kekuatan 7 SR, tepatnya di laut Indramahyu, Jawa Barat, telah terjadi.
Dari kejadian ini, Penulis mendapat satu kabar dari salah satu santri pilihan, yaitu seorang bocah wanita (maaf, demi sesuatu dan lain hal Penulis sengaja merahasiakan namanya-Pen). Dia berujar, “Sesungguhnya bencana ini hanya 5% saja dari aslinya. Sebab 4 hari sebelum semua ini terjadi, para malaikat sudah memberi tahu, akan datang suatu gempa yang akan menenggelamkan sebagian permukaan bumi. Empat kali lipat lebih besar dengan bencana yang pernah terjadi di wilayah Aceh.”
“Kita semua wajib bersyukur, karena masih ada yang mau meredam segala bencana, demi seluruh ummat manusia di duniam” tambahnya.
Anak ini memang bisa disebut sebagai “Anak Ajaib. Mengapa disebut demikian? Sebab dia adalah seorang bocah perempuan yang baru berusia 9 tahun, namun dalam kehidupannya, dia langsung diajarkan oleh Rasulullah SAW, sehingga dalam usia yang masih dibilang kanak-kanak, dia sudah hafal Al-Qur’an 30 juz.
Sebelum terjadinya gempa di Indramayu, malam itu si bocah ini mengaku telah kedatangan Rasulullah SAW, yang memerintahkan dirinya, “Cepat-cepatlah adzan sebanyak 7x dan ditutup iqomah 3x. Niscaya tempat ini akan selamat dari berbagai sifat kerusakan.”
Tak kalah menariknya, tiga hari sebelum gempa terjadi, Penulis beserta para santri Majlis Dzikir Jam’ul Ijazah lainnya, selama tiga malam berturut-turut telah melihat sejumlah fenomena keagungan llahi. Misalnya saja, kami melihat secara mata telanjang bulan terbelah menjadi dua, langit dan beberapa cahaya bintang bertuliskan lafadz Allah dan Muhammad, juga bulan memendarkan 7 sinar terang membentuk lafadz “Ya Haiyu Ya Kayyumu”, dan makam keramat waliyullah Pangeran Anom Weru yang berada di samping rumah Penulis setiap malam mengeluarkan sinar kunig terang benderang.
Dari beragam macam fenomena Illahiyah selama 3 malam berturut-turut yang bisa disaksikan oleh mata kami, tentu Penulis sempat bersyukur karenanya. Mungkin nilah keagungan Allah SWT yang pernah saya lihat, dan belum tentu dalam seumur hidup akan bisa melihatnya lagi.
Hanya sekedar penyampai lisan dari kewaskitaan para Rijalullah Bumi, kini para Rijal lain telah meninggalkan muka bumi ini, karena suatu alasan. Mereka ingin hidup tenang dengan menjauhi makna duniawi, pindah ke suatu alam kewalian (Thurobi) untuk selamanya. Diantara para Rijalullah Bumi itu adalah Habib Syekh Tsamri Al-Athas, dan waliyullah besar Raja Islam Al-Wustha.
Dengan bertambah sedikitnya para ahlillah bidarajul jalalah (manusia yang dikaruniai sifat-sifat mulia sebagai penjaga keamanan bumi), mereka berpesan untuk semua ummat manusia di dunia, “Bencana susulan akan terus ada di jagat raya ini, berbagai sifat manusia akan mudah emosi dalam segala hal karena kecurangan hati, jauh dari aqidah dan pemahaman tentang ilmu agama. Bencana akan terus datang sebagai tasbih sampai akhir zaman.
Kini bencana akan terus hadir dengan beraneka macam bentuk dan sifat kelakuannya. Dimulai dari bentuk yang dibuat oleh manusia sampai bentuk yang berasal dari sifat alam.
Kini hanya satu pangkalnya, istiqomahkanlah membaca ayat ‘Allahu Akbar’ 100 x (dalam sehari) dan bersodaqolah lewat para anak yatim dan orang tak mampu lainnya. Cukup 1 minggu sekali (seikhlasnya). Perbanyaklah tafakur dalam introspeksi diri atas segala kelalaian yang pernah kita perbuat sebelumnya dan carilah pembimbing mulia sebagai tongkat hidup menuju jalan sakinah, karena hanya dengan jalan inilah kemurkaan alam bisa diredam.”
Semoga dengan ulasan ini, saya selaku manusia yang dhoif, dan seluruh masyarakat Indonesia lainnya, dijauhkan dari segala marabahaya, yang sewaktu-waktu datang tanpa kita ketahui. Amin ya robbal alamin.


sumber :

http://fengshuimobil.blogspot.com/2008/02/seruan-para-rijalullah-bumi-menyikapi.html

1 komentar:

  1. MUI Kabupaten Cirebon Putuskan Ajaran Idris Nawawi Jamij Haram

    CIREBON (CT) – Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Cirebon menyatakan ajaran yang diajarkan oleh IN di Pondok Pesantren Nurul Qur’an, Desa Setu Kulon, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon Haram. MUI menilai praktek yang sehari-hari dilakukan yakni jual beli benda yang dianggap pusaka tidak ada khasiatnya, tidak ada manfaat dan tidak terukur serta karena ada perjanjian dari dua belah pihak. Hal itu dikatakan dalam rapat terakhir MUI, Kamis (26/03).
    Dari beberapa rapat fatwa yang dilakukan komisi fatwa hukum dan perundang-undangan serta melihat dalil-dalil dari Al-Qur’an maupun Hadits. Dari hasil rapat terakhir yang dilakukan komisi fatwa MUI Kabupaten Cirebon terhadap pendidikan (ajaran) IN, MUI mengatakan sebagian ajaran yang diajarkan oleh Idris Nawawi mengenai Ilmu Hikmah, sebagian benar dan sebagian menyimpang.
    “Dari hasil rapat terakhir, Idris Nawawi mengajarkan Ilmu Hikmah. Ada yang benar dari ajaran tersebut dan ada juga yang menyimpang,” kata KH. Mukhlisin Muzarie selaku Kabid Hukum dan perundang-undangan MUI Kabupaten Cirebon.
    Ditambahkan Mukhlisin, praktek yang sehari-hari dilakukan oleh IN terkait penjualan benda-benda yang dianggap pusaka, MUI menilai praktek tersebut haram karena barang-barang yang dijual oleh IN ada kesepakatan antara dua belah pihak. Selain itu, barang-barang yang dijual IN tidak mempunyai khasiat dan tidak ada manfaat dalam prakteknya.
    “Setelah dipelajari, barang-barang yang dijual oleh IN tidak mempunyai manfaat dan tidak ada khasiat. MUI menyatakan haram karena ada perjanjian kepada kedua belah pihak pada proses praktek jual beli,” katanya.
    Selain itu, MUI Kabupaten Cirebon juga mengatakan, Pondok Pesantren Nurul Qur’an harus dihentikan karena sebagian ajarannya menyimpang dari Syari’at Islam. Tidak hanya ajarannya yang harus dihentikan, MUI mengatakan praktek yang dilakukan oleh IN juga harus dihentikan dan ditutup. Buku-buku yang diajarkan pun dikatakan MUI harus ditarik.
    “Pondok Pesantren itu harus dihentikan, tidak bisa dilanjutkan lagi karena sebagian menyimpang dari syariat islam. Pun begitu dengan praktek yang dilaksanakan juga harus dihentikan, harus ditutup serta tidak boleh ada kegiatan, buku-buku yang beredar pun harus ditarik. Buku karangnya sendiri berupa modul,” tegasnya.
    Sementara itu, Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masayarakat (Kesbanglinmas) Ade Setiadi mengatakan,mengenai fatwa MUI nanti akan ditindaklanjuti oleh Badan Koordinasi Pengawasan Aliran dan Kepercayaan (Bakorpakem). Ade mengatakan fatwa yang dikeluarkan oleh MUI belum final karena menurutnya akan ada usulan dari Bakorpakem. “Nantinya ketua pakem akan melakukan pertemuan untuk membahas hasil rapat ini dan akan ditelaah secara hukum,” katanya. (Iskandar)
    http://artikeldanajaranidrisnawawijamij.blogspot.co.id/2015/03/mui-kabupaten-cirebon-putuskan-ajaran.html
    http://www.cirebontrust.com/mui-kabupaten-cirebon-putuskan-ajaran-in-haram.html

    BalasHapus