Selamat Datang di Artikel Motivasi Sahabat Sejati



Minggu, 14 November 2010

Menemani Ibunya Jadi PSK. Potret Salah Asuh Anak


Mengintip dari celah kaca. Potret PSK dalam karangkeng
Mengintip dari celah kaca. Potret PSK dalam karangkeng
Malam ini kota Pontianak sedang diguyur hukan dari tadi sore. Saya di ajak berkeliling menyusuri sudut-sudut kota Pontianak. Teman saya bermaksud membawa saya untuk sekadar ‘cuci mata’ atau sekadar rileks saja untuk melihat suasana malam kota. Maklum saja saya baru saja mendarat di kota ini 2 (dua) hari.
Dari Lampu merah dekat sebuah SPBU kami berbelok ke kanan. Kendaraan menyusuri jalan aspal yang mulai banyak terkelupas dan berlubang sehingga kendaraan hanya bisa berjalan pelan-pelan saja. Kemudian setelah melewati tanaha lapang kami mengambil jalan memutar. Setelah itu terlihatlah sebuah hotel yang memang agak mentereng.
Di pintu pagar yang seolah tidak dijaga oleh sekuriti itu terdapat beberapa kamera (cctv) yang dihubungkan ke pusat penendali informasi. Belakangan saya melihat ternyata ada 8 kamera tersembunyi yang telihat di tempat penjagaan.
Setelah parkir, kami berjalan kaki ke lorong hotel itu. Lantas masuk ke ruangan yang agak besar. Ternyata suasana  hotel di luar kelihatan agak sepi dan tenang, di dalamnya terdapat suasana kehidupan malam yang hingar bingar dan penuh tawa.
Teman saya menghubungi “mami” penjaga karangkeng, tempat berkumpulnya sejumlah wanita dalam pakaian yang mini, berhias wajah menor dan pasrah. Diantara mereka ada yang sedang merokok, bercengkerama dan ada juga beberapa diantaranya sedang pasang aksi dengan gaya masing-masing.
Terlihat beberapa orang lelaki melongokkan kepalanya diantara celah-celah kaca yang memang diperuntukkan untuk melihat calon-calon wanita penghibur menurut selera masing-masing. Ada yang sampai nubruk kaca melihat calon-calon pilihannya karena kebingungan karena tidak tahu mana yang akan dipilih.
Saya coba melihat melalui celah kaca itu. Saya hitung, satu, dua, tiga, tujuh, dua belas, tujuh belas, dua puluh atu…..  wow…. ternyata ada 42 orang wanita di dalamnya dalam berbagai pose dan gaya seolah memancarkan signal atau pesan “bawalah daku ke ujung dunia, kemana pun engkau pergi”..
Akan tetapi mata saya tersorot kepada sesuatu yang mengagetkan saya. DI dalam itu ada seorang anak perempuan seusia 10 tahun. Saya heran dan geram luar biasa… Kenapa anak sekecil ini dipekerjakan untuk PSK. Gadis cilik itu memang tidak menor. Ia biasa-biasa saja duduk di deretan kursi panjang seperti balkon di samping wanita-wanita yang sudah matang dengan berbagai bentuk dan model.
Kisah mama dan anaknya (maaf nama samaran)
Gadis cililk itu kontras sekali dengan wanita dewasa di sekelilingnya. JIka wanita dewasa itu berpakaian minim, si gadis kecil itu malah seperti memakai pakaian sekolah yang memakai rok warna merah maron tua, dan bajunya kelihatan putih tapi bukan pakaian sekolah yang ada lambang dan logo sekolah. Jika wanita-wanita dewasa itu ada yang berpostur tinggi besar seperti penggulat dari Rusia hingga yang kurus seperti pengungsi Ethipia yang dilanda kekurangan gizi, si gadis cilik itu biasa-biasa saja. Persis anak sekolah masih di bagku SD kelas 3.
Penasaran, saya coba memancing mami yang genit dan sangat ramah itu. Saya  berpura-pura tanya, siapa nama gadis kecil itu. Dijawab dengan ramah… “ohhh itu,.. namanya santi”. Terus saya tanya lagi seolah-olah bernafsu sekali untuk memancing perhatiannya. “Apakah boleh saya bertemu dengannya?”. Sang mami malah tertawa terkekeh-kekeh…”he,,he..he… itu anaknya si mba Leni yang di sebelahnya”..
Saya kaget.. “Oh jadi mba leni yang pakai baju warna ungu yang di sebelah itu, mamanya Santi?”. SI mami tersenyum kecut. ” Ya iya lah… Kalau mas mau yang kecil-kecil boleh lah besok saya sedikan”. Begitu kata sang mami meyakini saya agar sabar dan menanti pesanannya..
Untuk memancing si mami agar lebih terbuka saya berusaha menyenangkan hatinya, saya lalu bertanya “kenapa si Santi ikut ibunya ke situ?”. Sang mami menjelaskan bahwa Leni harus menghidupi Santi si buah hatinya. Kepada siapa dititipkan, tak ada lagi papanya. Mereka sudah bercerai tiga tahun silam. Papanya dari Kuching, Malaysia meninggalkan Leni begitu saja setelah Leni berusia 3 tahun lalu”.
Setelah panjang cerita dan saya katakan menginap di hotel itu, sang mami tidak menaruh curiga sedikitpun. Padahal saya datang ke situ di bawa teman. Dan saya tidak menginap di hotel itu. Lalu berpura-pura mengambil rokok yang tertingal di mobil, saya menepuk pundak rekan saya agar berlalu dari situ.
Setelah tiba di hotel tempat saya menginap, saya tidak habis memikirkan mengapa seorang ibu mengasuh anak seperti itu? Siapakah yang salah?. Apa yang dilihat dan direkam dalam memori Santi tentang prostitusi dan kehidupan malam?. Memang Santi tidak diberikan kesempatan dan izin menjadi PSK, tapi rekaman dan fenomena yang terlihat dengan mata kepala dan hatinya setiap hari tentang jenis kehidupan seperti ini mampukan meredam Santi suatu saat nanti tidak terjerumus dalam kancah prostitusi?
Jika Santi masih SMP dan terlibat dalam prostitusi nanti apakah ini yang disebut Child Trafficking, karena saat ini Santi masih dalam proses pelatihan atau training?. Akankah Santi nanti akan menambah deretan anak-anak pekerja seks komersial?
Data dan Fakta Anak-anak PSK
Menurut data Save Our Children, ada sekitar 2 juta anak-anak wanita diperdagangkan setiap tahun untuk dijadikan PSK. Dari eksploitasi ini, para mami dan penyedia anak-anak PSK menangguk keuntungan hingga !2 Milya Dolar per tahun (data ILO tahun 2009).
DI Indonesia diperkirakan ada sekitar 20% anak-anak PSK dari total angka selurh eksploitir perdaganan anak anak untuk tujuan seks atau  Child Trafficking ada sekitar 400 ribuan anak-anak. Disebut anakanak yakni yang masih di bawah usia 18 tahun. Kebanayakan merka di jual untuk kepentingan domestik hingga 60%, sisanya atau 40% lagi dijual ke Malaysia, SIngapore, Thailand, Brunai, Tawan, Jepang dan Arab Saudi. (sumber Save Our Children.cm tanggal 29 Maret 2009).
Apa yang menyebabkan eksploitasi terhadap nak-anak?. Biasanya anak perempuan yang berada dalam kondisi lingkungan yang buruk mereka dianggap tidak perlu sekolah tinggi-tinggi. Orang tua picik dan melanggar HAM anak hanya memandang anak-anak perempuan nanti urusannya tetap saja di bagian sumur, dapur dan kasur atau menganggur dan akhirnya terkubur. Kejam sekali bukan orang tua seperti ini?
Akibatnya banyak terjadi  kejadian anak perempuan putus sekolah, akhirnya mereka menjadi TKW, pelayan Cafe, PRT dan maaf ada yang jadi pelacur. Tentu pengecualian tetap ada karena di sudut lain masih banyak terdapat anak wanita putus sekolah namun akibat didikan yang hebat dan ketat orang tua yang memiliki bidaya dan martabat tinggi tetap saja anak perempuannya berada dalam lingkungan bermoral dan terhormat.
Faktor Eksploitasi Terhadap Anak
Anak-anak tidak hanya berada dalam situasi lingkungan yang buruk, tetapi mereka pun dipandang tidak sesuai jika diukur dari hak-hak anak. Orang tua masih memandang bahwa perempuan hanya berada di wilayah domestik. Anak perempuan tidak perlu bersekolah tinggi, karena pada akhirnya hanya kembali ke rumah, ke dapur, sumur, dan kasur melayani suami. Akibatnya angka putus sekolah tinggi. Anak perempuan kemudian menjadi TKW, pelacur, pelayan café, atau PRT.
Kesimpulan
Orang tua yang menjadikan anak nya menjadi pelacur, sengaja dan tanpa sengaja tidak dipahami oleh orang tua sebagai tindakan kejahatan. Belum ada contoh pemberian hukuman kepada orang tua yang melacurkan anaknya sengaja maupun tanpa sengaja.
Persoalan sosial berupa pengangguran dan tidak ada anak yang menjaga di rumah tidak tepat dijadikan alasan untuk membawa serta anak dalam lingkungan busuk seperti ini. Banyak cara dan teknis menitip anak di tempat saudara atau meninggalkannya di kampung halaman.
Pantas diberikan ganjaran  hukuman yang berat kepada orang tua yang memberi contoh pelacuran kepada anak, apalagi mengeskploitir anak menjadi PSK. Lihatlah apa yang diterapkan di China atas seorang ibu guru sekolah SD yang menyaring 22 anak SD menjadi PSK. Ia dihukum mati, tembak di lapangan.
Seorang perempuan di Cina dihukum mati setelah terbukti bersalah memaksa 22 anak sekolah menjadi pekerja seks. Zhao Qingmei menjalani hukuman mati di provinsi Guizhou, Cina bagian Barat Laut, setelah permintaan naik bandingnya ditolak. Zhao dan enam orang lainnya dijatuhi hukuman setelah memaksa 22 orang anak, beberapa berusia baru enam tahun, menjadi pekerja seks di daerah pegunungan miskin tersebut dari bulan Maret sampai Juni 2006. (sumber ABC Radio Australia, 15 Desember 2009)
**********
Dalam kasus Santi menemani mama Leni, apakah ada diantara kita yang masih dapat memberi toleransi selain memberi penilaian buruk di atas?.
Semoga Santi tidak terjerumus ke dalam jurang dan lembah hitam seperti ibunya yang telah kehilangan naluri keibuannya hanya karena frustrasi, stres atau balas dendam bahkan juga karena masalah tekanan hidup dalam bidang ekonomi yang teramat berat ia rasakan.
Semoga bermanfaat.

sumber :
http://sosbud.kompasiana.com/2010/11/04/menemani-ibunya-jadi-psk-potret-salah-asuh-anak/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar