Nama dan Tempat Kejadian hanya fiktif
Keluh kesah orang patah hati memang begitulah, sulit dilukiskan dengan kata. Namun demikian janganlah meniru kelakuan Diding, 28 tahun, dari Bogor ini. Hanya karena kekasihnya mau dikawinkan dengan lelaki, dia dendam membara pada Yuyun, 24 tahun, si calon pengantin. Dengan alasan tak rela membayangkan doinya digauli lelaki lain, sekalian dibunuh saja gadis itu sebelum tiba di pelaminan.
Etika dan moral sering dikesampingkan ketika orang hendak mencapai tujuan, termasuk dalam urusan cinta. Segala cara dilakukan, tak peduli itu haram. Ini pula yang kemudian menjadi obsesi Diding, warga Mulyabarja, Bogor Selatan. Setelah tahu kekasihnya, Yuyun, gagal total menjadi miliknya, dia malah ingin melenyapkan sekalian. “Daripada aku gagal memilikinya, mending semuanya tak berhasil mendapatkannya,” begitu dia bertekad.
Yuyun yang tinggal di kampung Cibeureum Sunting, Mulyabarja, sebetulnya sudah beberapa waktu lamanya menjalin cinta dengan Diding yang masih warga sekampung. Tapi pacaran mereka masih sebatas di bawah tanah, belum dideklarasikan di alun-alun. Maklum, si cowok masih minder pada kondisinya kini. Pekerjaan belum jelas, kok naksir anak keluarga terpandang di kampung itu. Kalau ditolak kan malu ati jadinya.
Oleh karena itu, pacaran Diding melawan Yuyun ini masih kucing-kucingan. Si cowok baru berani datang ke rumah doinya ketika ayahnya kerja di kantor dan ibunya dagang di pasar. Tapi kadang sial juga bagi Diding. Hari kerja mestinya orang pada di kantor, ayah Yuyun malah meliburkan diri. Akibatnya kacau dah jadwal acara Diding hari itu. “Kecian deh lu…..,” kata Yuyun suka meledek kekasihnya.
Gemes sebetulnya Diding melihat peruntungannya. Kenapa mau pacaran saja kok tidak berani terbuka? Tapi kenapa pula nasibnya demikian jeblok? Dalam usia menjelang kepala tiga kok belum punya pekerjaan tetap? Yang bener aja, belum kerja kok mau “ngerjain” anak orang. Calon mertua cap apapun pasti tak sudi punya menantu pengangguran. Mau cari teman hidup atau mau numpang hidup? Yuyun sendiri sangat menyimpan rapat skandal asmaranya bersama Diding. Itu pula sebabnya enyak dan babe tak pernah tahu bahwa putrinya sudah punya kekasih. Karenanya, ketika ada cowok bonafid dan ganteng “menanyakan” Yuyun, langsung saja diterimanya. Entah kenapa, ayah ibunya jadi slonongboi seperti itu. Mestinya sebelum menerima lamaran kan klarifikasi dulu pada si anak selaku pihak terkait.
Anak harus nurut sama orangtua, mungkin begitu pendapat mereka. Walhasil ketika rencana perkawinan itu disampaikan pada Yuyun, gadis cantik kembang kampung itu tak bisa menolak. Mau menjelaskan bahwa sudah punya doi, Yuyun sendiri kurang pede mengingat status sosial Diding yang belum layak. Dia pasrah saja dan terima nasib. “Aku kan makhluk perempuan, gerak dan langkahku sangat terbatas,” kata Yuyun bagaikan gadis angkatan Siti Nurbaya saja.
Mestinya ketika perubahan politik itu telah terjadi, Yuyun segera memberi tahu Diding, meski pahit sekalipun. Tapi dia tidak, rencana orangtua itu tetap disimpannya saja. Sampai kemudian Diding tahu sendiri berdasarkan informasi dari mulut ke mulut. Dia lalu mencoba klarifikasi pada Yuyun. Ternyata gadis pujaan itu mengiyakan sambil minta maaf karena tak berani menyampaikan berita duka itu pada Diding kekasihnya.
Ancur-ancuran hati Diding jadinya. Dia marah pada nasib buruknya, dia jengkel pada Yuyun yang tidak terbuka, padahal keduanya sudah sering buka-bukaan. Diding merasa tak sanggup menyaksikan Yuyun nantinya digandeng dan digauli pihak lain. Daripada tubuh mulus kembang desa itu dinikmati orang, mendingan semuanya gagal memilikinya. “Ke Tanah Abang membeli kain, di balik kain tangan diremas. Aku berang kamu jadi pengantin, sebelum kawin nyawamu impas,” begitu ancam Diding.
Hati Diding terus membara. Beberapa hari lalu Yuyun dipancing untuk ketemu dengan alasan sebagai perpisahan. Tapi begitu sigadis datang dan diajak ke tempat sepi, langsung dicekik hingga tewas. Ironisnya, dalam kondisi Yuyun sudah jadi mayat, masih tega juga Diding “mbelah duren” alias memperkosanya. Habis itu baru mayat sang kekasih dilempar ke sawah hingga ditemukan orang. “Di dunia lain saya kelak akan ketemu,” kata Diding ketika kemudian dibekuk polisi Polresta Bogor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar