Banyak hal yang membuat hubungan menantu dan mertua retak. Dari semua sebab itu, hal yang sifatnya sederhana kerapkali kita sepelekan. Padahal, berangkat dari sinilah konflik itu terkadang muncul.
Dalam buku Kaifa Taksibana Hamataki yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi “Hidup Rukun dengan Ibu Mertua”, Muhammad al-Qadhi merinci beberapa hal yang menyebabkan retaknya hubungan menantu (terutama ibu) sebagai berikut :
Pertama, menikahi wanita yang tidak disetujui orang tua.
Dalam banyak hal, seorang pemuda sangat ingin menikah dengan perempuan pilihannya sendiri. Baik perempuan pilihannya itu dari kalangan kerabat dekat bapak, ibu, tetangga, maupun rekan dekatnya.
Namun, dengan berbagai alasan, terkadang sang ibu tidak menyetujui perempuan pilihan anaknya itu. Di antara alasannya ialah terdapat persoalan keluarga yang berlarut – larut jika perempuan tersebut masih termasuk familinya; atau jika termasuk anak tetangga, sang ibu tidak ingin menjadi besan keluarga perempuan itu; atau calonnya itu hanya perempuan sederhana dan biasa – biasa saja, hingga ia dianggap tidak layak menjadi istri bagi anaknya.
Pada waktu yang sama, anaknya merasa bahwa perempuan tersebut serasi dengan dirinya. Karena itu, ia menolak untuk tidak menikahi perempuan itu. Sedangkan ibunya tetap enggan mengubah pandangannya terhadap perempuan tersebut.
Ketika sang istri mengetahui sikap ibu mertuanya yang demikian, hal itu cukuplah berbahaya. Ia merasa bahwa ibu mertua menolaknya sehingga terjadilah konflik antara mereka, saling menolak dan saling melawan. Ujungnya bisa ditebak, berkorbarlah api permusuhan antara keduanya.
Permusuhan tersebut tidak akan pernah bisa reda jika masing – masing pihak tidak mengubah pandangan negatifnya. Perselisihan semakin rentan terjadi saat ibu mertua bersikeras menyangka bahwa pandangannya akurat, dan firasatnya yang lebih tajam. Sementara itu, istri juga bersikukuh menyangka bahwa ibu mertuanya adalah orang yang keras kepala. Ia menganggap, tidak aka nada seorang pun yang sanggup menghadapi sikap ibu mertua yang suka melecehkan dan menghina orang lain, termasuk dirinya. Akhirnya, suami yang terkena batunya, dengan menuai kemalangan.
Kedua, bauh hati tak kunjung tiba.
Masalah kesuburan dipandang sebagai masalah yang penting. Hal ini dapat menyebabkan munculnya pertentangan antara istri dan ibu mertua. Ketika istri terlambat memiliki anak beberapa tahun, kerisauan seorang ibu mertua semakin hari semakin bertambah. Hal itu tentunya menyebabkan hubungan antara istri dan ibu mertua agak terganggu. Ia menganggap menantunya tidak bisa memberikan cucu yang dapat mengisi rumah dengan kegembiraan dan keriangan.
Dari situlah, ibu mertua mulai menyebarkan ‘racun’ pada menantunya dan berusaha keras membujuk anaknya agar menceraikan istrinya yang mandul, kemudian menikah dengan perempuan lain. Karena menurut pandangan beliau, masih banyak perempuan lain yang bisa memenuhi kriterianya.
Tentu, sikap ibu mertua yang seperti itu dapat membuat perasaan sang istri hancur dan terluka sehingga ia akan membenci ibu mertuanya karena dianggap tengah mengharapkan kehancuran rumah tangganya dengan berbagai cara. Ibu mertua dianggap tengah memanfaatkan setiap kesempatan untuk mencapai keinginannya.
Ketiga, tinggal seatap dengan keluarga ipar.
Terkadang ada istri yang tinggal serumah bersama keluarga besar suaminya. Di sana, tinggal juga beberapa keluarga ipar. Mereka semua ditugasi untuk mengurus rumah, baik menyediakan makanan maupun merawat rumah. Walaupun hal tersebut sudah jarang terjadi, namun hal itu masih ada dan merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya pertentangan antara ibu mertua dan istri.
Masalah tersebut muncul saat ibu mertua melihat sejumlah istri dari ipar berkumpul di hadapannya. Kemudian ia membandingkan mereka semua. Terkadang ada salah satu istri yang berusaha merusak hubungan antara ibu mertua dan menantu yang lain. Dengan begitu, ia bisa menguasai simpati dan cinta ibu mertuanya sendirian.
Keempat, ibu mertua pelit, istri glamor
Model seperti ini sering terjadi. Di satu sisi, istri begitu boros dalam mengeluarkan hartanya, sedangkan di sisi lain ibu mertua sangat pelit. Terkadang, model seperti ini juga terjadi dalam bentuk yang lain. Sebagai contoh, istri begitu berhemat dalam mengeluarkan hartanya, tapi ibu mertuanya sangat pelit. Bahkan, ibu mertua tidak peduli dengan kondisi menantunya sedikitpun.
Demikianlah, orang yang pelit tidak akan pernah merasa peduli dengan kondisi orang – orang di sekitarnya. Sejumlah istri banyak yang mengalami masalah seperti ini. Ibu mertuanya selalu menghitung pengeluaran menantunya dalam segala hal. Misalnya, sang menantu harus memakai pakaian ini, makan makanan ini, membelanjakan harta suaminya untuk ini dan itu, dan sebagainya.
Kelima, istri menyia-nyiakan kewajiban
Terdapat sejumlah masalah yang timbul antara ibu mertua dan istri. Sebenarnya, penyebab masalah tersebut bertumpu pada satu hal, yaitu kelalaian istri. Terkadang, istri mengabaikan tugasnya merawat rumah, memelihara anak-anaknya, bahkan mengabaikan dirinya sendiri sehingga berdampak pada kondisi emosional suami dan membuatnya tidak betah di rumah.
Padahal ibu bisanya sangat terpengaruh dengan keadaan anak-anaknya. Ia akan bahagia seiring kebahagiaan anak – anaknya dan bersedih karena kesedihan mereka.
Banyak istri yang mengeluh tentang buruknya hubungan antara ia dan ibu mertuanya. Ketika diteliti, disimpulkan bahwa yang menjadi penyebab perselisihan ini adalah pihak istri. Ibu mertua berkata “Menantu saya adalah orang yang teledor. Ia tidak bisa memelihara rumah, suami, dan anak – anaknya. Bahkan, ia juga tidak perhatian terhadap dirinya sendiri. Lalu bagaimana mungkin saya bisa menyukainya, sementara anak saya tidak merasa senang dan tenang tanggal di rumahnya.”
Keenam, pikiran dipenuhi cerita bohong
Sebagian orang percaya terhadap ramalan, baik yang berupa kesialan maupun keberuntungan. Mereka membangun hidup mereka di atas kepercayaan terhadap pikiran – pikiran itu. Terkadang, ibu mertua merasa sial dengan menantunya. Akhirnya, perasaan ini mempengaruhi hubungannya dengan sang menantu.
Sebaliknya juga, terjadi sikap tertentu yang berkaitan dengan keberadaan ibu mertua di rumah anaknya sehingga istri merasa selalu sial. Dengan begitu, hubungannya dengan ibu mertua dibangun berdasarkan pengaruh perasaan itu.
Ketujuh, perbedaan lingkungan dari gaya hidup
Setiap lingkungan memiliki adat dan kebiasaan sendiri. Adat dan kebiasaan ini merefleksikan karakter penduduk lingkungan tersebut. Adat kebiasaan itu membuat setiap individu dalam satu kelompok memiliki karakteristik tertentu yang terkadang tidak dimiliki oleh kelompok lainnya.
Contohnya, masyarakat pedesaan terbiasa melakukan hal yang menjadi tuntutan hidup lingkungannya. Hal tersebut seperti mengurus hewan ternak, memerah susu, dan membersihkan kandang-kandang binatang ternak. Pekerjaan tersebut sesuai dengan karakter masyarakat pedesaan.
Ketika seorang penduduk pedesaan tidak mampu melakukan beberapa pekerjaan tadi dengan sempurna, ia akan diremehkan oleh penduduk lainnya. Menurut masyarakat pedesaan, ia akan dianggap sebagai orang yang gagal karena tidak dapat melakukan tugasnya dengan baik.
Sedang menurut masyarakat perkotaan, pekerjaan-pekerjaan tadi bisa jadi dianggap sebagai sesuatu yang hina dan tercela. Hal ini disebabkan pekerjaan tersebut tidak sesuai dengan karakter dan lingkungan mereka. Oleh karena itu, bila seorang istri dari kota tinggal bersama suaminya di desa, ia tidak bisa melakukan pekerjaan – pekerjaan desa dengan baik. Padahal bagi penduduk desa, pekerjaan tersebut mudah dan ringan untuk dilakukan. Hal itu bukanlah suatu aib bagi istri, melainkan sebuah realitas yang patut dipahami bahwa pengaruh lingkungan sangat berperan dalam pembentukan karakter keluarga. Bahkan, bisa disinyalir bahwa mayoritas persoalan ketegangan hubungan antara istri dan ibu mertua dapat bermula dari perbedaan lingkungan dan gaya hidup tadi.
Delapan, kecantikan istri
Terkadang sebagian orang menganggap aneh perkara ini. Apa hubungan kecantikan perempuan dengan pembahasan ini. Namun, sebenarnya banyak permasalahan antara ibu mertua dan istri yang disebabkan oleh ketidakcantikan istri. Oleh karena itu, ibu mertua tidak senang kepadanya. Ia menganggap bahwa perempuan tersebut tidak layak menikah dengan anaknya. Bahkan, anaknya lebih pantas mendapatkan perempuan yang lebih cantik darinya.
Hal itu tidak akan menjadi masalah kalau sang menantu memiliki karakter yang bagus. Sudah jelek rupa, jelek pula akhlaknya. Mertua pun semakin tidak menyukainya.
Demikian beberapa hal yang bisa meretakkan hubungan antara menantu dan mertua. Karena itu, sebagai lelaki atau perempuan, harap pandai dalam memilah dan memilih calon pasangannya. Bisa menyesuaikan diri dan menyenangkan atau memberi rasa nyaman kedua orang tua. Tentunya, keduanya harus balance, harapan disukai pasangan dan kedua orang tuanya pula.
sumber : Anggun Majalah Pengantin Muslim Edisi 04 / II / April 2009
Dalam buku Kaifa Taksibana Hamataki yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi “Hidup Rukun dengan Ibu Mertua”, Muhammad al-Qadhi merinci beberapa hal yang menyebabkan retaknya hubungan menantu (terutama ibu) sebagai berikut :
Pertama, menikahi wanita yang tidak disetujui orang tua.
Dalam banyak hal, seorang pemuda sangat ingin menikah dengan perempuan pilihannya sendiri. Baik perempuan pilihannya itu dari kalangan kerabat dekat bapak, ibu, tetangga, maupun rekan dekatnya.
Namun, dengan berbagai alasan, terkadang sang ibu tidak menyetujui perempuan pilihan anaknya itu. Di antara alasannya ialah terdapat persoalan keluarga yang berlarut – larut jika perempuan tersebut masih termasuk familinya; atau jika termasuk anak tetangga, sang ibu tidak ingin menjadi besan keluarga perempuan itu; atau calonnya itu hanya perempuan sederhana dan biasa – biasa saja, hingga ia dianggap tidak layak menjadi istri bagi anaknya.
Pada waktu yang sama, anaknya merasa bahwa perempuan tersebut serasi dengan dirinya. Karena itu, ia menolak untuk tidak menikahi perempuan itu. Sedangkan ibunya tetap enggan mengubah pandangannya terhadap perempuan tersebut.
Ketika sang istri mengetahui sikap ibu mertuanya yang demikian, hal itu cukuplah berbahaya. Ia merasa bahwa ibu mertua menolaknya sehingga terjadilah konflik antara mereka, saling menolak dan saling melawan. Ujungnya bisa ditebak, berkorbarlah api permusuhan antara keduanya.
Permusuhan tersebut tidak akan pernah bisa reda jika masing – masing pihak tidak mengubah pandangan negatifnya. Perselisihan semakin rentan terjadi saat ibu mertua bersikeras menyangka bahwa pandangannya akurat, dan firasatnya yang lebih tajam. Sementara itu, istri juga bersikukuh menyangka bahwa ibu mertuanya adalah orang yang keras kepala. Ia menganggap, tidak aka nada seorang pun yang sanggup menghadapi sikap ibu mertua yang suka melecehkan dan menghina orang lain, termasuk dirinya. Akhirnya, suami yang terkena batunya, dengan menuai kemalangan.
Kedua, bauh hati tak kunjung tiba.
Masalah kesuburan dipandang sebagai masalah yang penting. Hal ini dapat menyebabkan munculnya pertentangan antara istri dan ibu mertua. Ketika istri terlambat memiliki anak beberapa tahun, kerisauan seorang ibu mertua semakin hari semakin bertambah. Hal itu tentunya menyebabkan hubungan antara istri dan ibu mertua agak terganggu. Ia menganggap menantunya tidak bisa memberikan cucu yang dapat mengisi rumah dengan kegembiraan dan keriangan.
Dari situlah, ibu mertua mulai menyebarkan ‘racun’ pada menantunya dan berusaha keras membujuk anaknya agar menceraikan istrinya yang mandul, kemudian menikah dengan perempuan lain. Karena menurut pandangan beliau, masih banyak perempuan lain yang bisa memenuhi kriterianya.
Tentu, sikap ibu mertua yang seperti itu dapat membuat perasaan sang istri hancur dan terluka sehingga ia akan membenci ibu mertuanya karena dianggap tengah mengharapkan kehancuran rumah tangganya dengan berbagai cara. Ibu mertua dianggap tengah memanfaatkan setiap kesempatan untuk mencapai keinginannya.
Ketiga, tinggal seatap dengan keluarga ipar.
Terkadang ada istri yang tinggal serumah bersama keluarga besar suaminya. Di sana, tinggal juga beberapa keluarga ipar. Mereka semua ditugasi untuk mengurus rumah, baik menyediakan makanan maupun merawat rumah. Walaupun hal tersebut sudah jarang terjadi, namun hal itu masih ada dan merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya pertentangan antara ibu mertua dan istri.
Masalah tersebut muncul saat ibu mertua melihat sejumlah istri dari ipar berkumpul di hadapannya. Kemudian ia membandingkan mereka semua. Terkadang ada salah satu istri yang berusaha merusak hubungan antara ibu mertua dan menantu yang lain. Dengan begitu, ia bisa menguasai simpati dan cinta ibu mertuanya sendirian.
Keempat, ibu mertua pelit, istri glamor
Model seperti ini sering terjadi. Di satu sisi, istri begitu boros dalam mengeluarkan hartanya, sedangkan di sisi lain ibu mertua sangat pelit. Terkadang, model seperti ini juga terjadi dalam bentuk yang lain. Sebagai contoh, istri begitu berhemat dalam mengeluarkan hartanya, tapi ibu mertuanya sangat pelit. Bahkan, ibu mertua tidak peduli dengan kondisi menantunya sedikitpun.
Demikianlah, orang yang pelit tidak akan pernah merasa peduli dengan kondisi orang – orang di sekitarnya. Sejumlah istri banyak yang mengalami masalah seperti ini. Ibu mertuanya selalu menghitung pengeluaran menantunya dalam segala hal. Misalnya, sang menantu harus memakai pakaian ini, makan makanan ini, membelanjakan harta suaminya untuk ini dan itu, dan sebagainya.
Kelima, istri menyia-nyiakan kewajiban
Terdapat sejumlah masalah yang timbul antara ibu mertua dan istri. Sebenarnya, penyebab masalah tersebut bertumpu pada satu hal, yaitu kelalaian istri. Terkadang, istri mengabaikan tugasnya merawat rumah, memelihara anak-anaknya, bahkan mengabaikan dirinya sendiri sehingga berdampak pada kondisi emosional suami dan membuatnya tidak betah di rumah.
Padahal ibu bisanya sangat terpengaruh dengan keadaan anak-anaknya. Ia akan bahagia seiring kebahagiaan anak – anaknya dan bersedih karena kesedihan mereka.
Banyak istri yang mengeluh tentang buruknya hubungan antara ia dan ibu mertuanya. Ketika diteliti, disimpulkan bahwa yang menjadi penyebab perselisihan ini adalah pihak istri. Ibu mertua berkata “Menantu saya adalah orang yang teledor. Ia tidak bisa memelihara rumah, suami, dan anak – anaknya. Bahkan, ia juga tidak perhatian terhadap dirinya sendiri. Lalu bagaimana mungkin saya bisa menyukainya, sementara anak saya tidak merasa senang dan tenang tanggal di rumahnya.”
Keenam, pikiran dipenuhi cerita bohong
Sebagian orang percaya terhadap ramalan, baik yang berupa kesialan maupun keberuntungan. Mereka membangun hidup mereka di atas kepercayaan terhadap pikiran – pikiran itu. Terkadang, ibu mertua merasa sial dengan menantunya. Akhirnya, perasaan ini mempengaruhi hubungannya dengan sang menantu.
Sebaliknya juga, terjadi sikap tertentu yang berkaitan dengan keberadaan ibu mertua di rumah anaknya sehingga istri merasa selalu sial. Dengan begitu, hubungannya dengan ibu mertua dibangun berdasarkan pengaruh perasaan itu.
Ketujuh, perbedaan lingkungan dari gaya hidup
Setiap lingkungan memiliki adat dan kebiasaan sendiri. Adat dan kebiasaan ini merefleksikan karakter penduduk lingkungan tersebut. Adat kebiasaan itu membuat setiap individu dalam satu kelompok memiliki karakteristik tertentu yang terkadang tidak dimiliki oleh kelompok lainnya.
Contohnya, masyarakat pedesaan terbiasa melakukan hal yang menjadi tuntutan hidup lingkungannya. Hal tersebut seperti mengurus hewan ternak, memerah susu, dan membersihkan kandang-kandang binatang ternak. Pekerjaan tersebut sesuai dengan karakter masyarakat pedesaan.
Ketika seorang penduduk pedesaan tidak mampu melakukan beberapa pekerjaan tadi dengan sempurna, ia akan diremehkan oleh penduduk lainnya. Menurut masyarakat pedesaan, ia akan dianggap sebagai orang yang gagal karena tidak dapat melakukan tugasnya dengan baik.
Sedang menurut masyarakat perkotaan, pekerjaan-pekerjaan tadi bisa jadi dianggap sebagai sesuatu yang hina dan tercela. Hal ini disebabkan pekerjaan tersebut tidak sesuai dengan karakter dan lingkungan mereka. Oleh karena itu, bila seorang istri dari kota tinggal bersama suaminya di desa, ia tidak bisa melakukan pekerjaan – pekerjaan desa dengan baik. Padahal bagi penduduk desa, pekerjaan tersebut mudah dan ringan untuk dilakukan. Hal itu bukanlah suatu aib bagi istri, melainkan sebuah realitas yang patut dipahami bahwa pengaruh lingkungan sangat berperan dalam pembentukan karakter keluarga. Bahkan, bisa disinyalir bahwa mayoritas persoalan ketegangan hubungan antara istri dan ibu mertua dapat bermula dari perbedaan lingkungan dan gaya hidup tadi.
Delapan, kecantikan istri
Terkadang sebagian orang menganggap aneh perkara ini. Apa hubungan kecantikan perempuan dengan pembahasan ini. Namun, sebenarnya banyak permasalahan antara ibu mertua dan istri yang disebabkan oleh ketidakcantikan istri. Oleh karena itu, ibu mertua tidak senang kepadanya. Ia menganggap bahwa perempuan tersebut tidak layak menikah dengan anaknya. Bahkan, anaknya lebih pantas mendapatkan perempuan yang lebih cantik darinya.
Hal itu tidak akan menjadi masalah kalau sang menantu memiliki karakter yang bagus. Sudah jelek rupa, jelek pula akhlaknya. Mertua pun semakin tidak menyukainya.
Demikian beberapa hal yang bisa meretakkan hubungan antara menantu dan mertua. Karena itu, sebagai lelaki atau perempuan, harap pandai dalam memilah dan memilih calon pasangannya. Bisa menyesuaikan diri dan menyenangkan atau memberi rasa nyaman kedua orang tua. Tentunya, keduanya harus balance, harapan disukai pasangan dan kedua orang tuanya pula.
sumber : Anggun Majalah Pengantin Muslim Edisi 04 / II / April 2009
bagaimana jika ibu saya tidak menyetujui rencana perkawinan saya, dikarenakan calon saya pada masa mudanya sdh pernah punya anak, pada saat dia masih bertunangan? apa hukum islamnya dan harus bagaimana saya bersikap
BalasHapus