Nama dan Tempat Hanya Fiktif
Meski serumah di tengah malam, lelaki perempuan bukan suami istri ini tak sampai hubungan intim. Tapi karena suami Aryani, 30 tahun, tak rela ada lelaki lain menginap di rumah tanpa seizinnya, Widodo, 35 tahun, itu pun dilaporkan Pak RT dan digerebek. Hampir saja digebuki warga, untungnya polisi Polres Banyumas segera turun tangan. Tapi dari situ Widodo jadi tahu bahwa Aryani memang wanita jinak-jinak merpati. Kelihatannya “mengundang” tapi ketika diajak “giring templek” malah terbang!
Ini kisah rumahtangga yang terlalu klasik, tentang seorang istri yang bermain api dengan pria lain karena suami jauh di kota lain. Untungnya, meski rumahtangga itu hampir terbakar, tapi sesungguhnya di sana belum ada kolor terlepas dan rok melorot. Di hati Aryani memang masih ada iman. “Cukuplah yang melorot itu genting-genting rumah penduduk yang terkena imbas gempa di daerah DIY dan Jateng,” kata batinnya seusai diinterogasi di Polsek Gumilir, Banyumas.
Mimpi buruk Aryani dimulai sejak Lasman, 34, suaminya pindah pekerjaan di Jakarta. Idealnya memang, ke lobang tikus pun istri harus ikut. Tapi karena gajinya belum cukup untuk kontrak rumah, terpaksa Lasman belum bisa memboyong keluarganya ke Ibukota. Kalaupun menyusul juga, tunggu setelah tanggal 6 Juni 2006 lah, karena konon di hari itu akan terjadi bencana alam besar-besaran di ibukota negara. Prinsip Lasman, kalau matipun biar dia sendiri, jangan sampai anak istri terbawa-bawa.
Penawar rindu dan kangen pada keluarga, terpaksa hanya bisa disalurkan Lasman sebulan sekali, dengan sistem PJKA alias: Pulang Jumat Kembali Ahad. Di situ dia bisa setor benggol (uang) dan bonggol buat istrinya. Cuma kadang kala apes juga nasib Lasman. Pas dia pulang kampung dengan mengusung sejuta rindu, eh di rumah istri pas kena “lampu merah”. “Rong dina nang ngumah, inyong ndomblong baenlah (dua hari di rumah terpaksa bengong saja),” kata Lasman sekali waktu.
Irama kehidupan seperti ini sudah dilakukan Lasman-Aryani tidak kurang dari 3 tahun lamanya. Meski tidak nyaman, tapi karena kondisinya memang harus demikian, ya bagaimana lagi. Aryani sendiri untuk membunuh sepi mencoba aktif dalam berbagai kegiatan, dari bezuk orang sakit, pengajian, PKK di kelurahan, arisan dari tingkat RT/RW sampai TK. Pokoknya dibuat selalu sibuk, agar tidak kampiran setan!
Adalah Widodo, lelaki yang kemudian jadi setan rumahtangga. Dia merupakan bekas pacar Aryani. Meski Widodo juga sudah berumahtangga, demi mendengar pola kehidupan Aryani, dia merasa dapat peluang. Dalam asumsinya, wanita jauh suami pasti selalu kesepian. Dengan demikian bolehlah “nempil”, mereguk kenikmatan syahwati yang selama ini tak terpenuhi. “Kalau yang minta mantan, masak dia menolak,” kata Widodo yang tinggal di Cilongok itu yakin benar.
Tatkala suami Aryani di Jakarta, Widodo meneleponnya dan keduanya asyik ngobrol ngalor ngidul, bersnostalgia peristiwa-peristiwa 7 tahun lalu. Aryani ketawa-ketiwi sambil tiduran, sementara anaknya main mewarnai gambar. Ujung-ujungnya, kalau Widodo tak menanyakan warna baju yang dikenakan Aryani, juga minta cium lewat udara. Tapi istri Lasman mahir berkelit. Jawaban klasik “memangnya nyampai”, sungguh penggalan kata yang membuat Widodo makin penasaran.
Itu belum cukup. Beberapa kali Widodo juga berhasil mengajak Aryani jalan-jalan meski dengan membawa anak lelakinya yang masih usia 3 tahunan. Mereka lalu makan di restoran. Tapi ketika Widodo kemudian mengajak “chek in” ke hotel, Aryani menolak dengan alasan membawa anak kecil. “Apa tega kita begituan di depan anak?”, kata Aryani yang bikin Widodo mati kutu.
Kenekadan Widodo terus berlanjut. Menghadapi Aryani yang “jinak-jinak merpati” sekitar pukul 21.00 dia sengaja bertamu ke rumahnya di Tlaga Kecamatan Gumilir. Kembali keduanya asyik ngobrol ngalor ngidul di ruang tamu. Dengan alasan tak ada angkutan umum lagi, Widodo minta izin menginap. Aryani terpaksa menyilakan, tapi demi keamanan, kamarnya langsung dikunci dari dalam, takut ada gerilyawan Tamil nggrumut ke kamarnya.
Apes bagi Widodo. Sekitar pukul 04.00 pagi Lasman pulang dari Jakarta. Dia sangat tersinggung demi melihat bekas pacar istrinya tidur di situ tanpa seizin dan setahunya. Pak RT pun lalu dilapori, dan warga ramai-ramai menggerebegnya. Kalau saja pihak Polsek Gumilir tak segera mengamankannya, niscaya Widodo babak belur. Dalam pemeriksaan mereka mengaku tak berbuat macam-macam. “Kamar saja saya kunci dari dalam, Pak..,” kata Aryani yang berhasil menyelamatkan Widodo dari sel polisi.
Hampir saja merpati jantan nan ngeyel itu masuk kurungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar