Sebagai pencuri, Kojad, 29 tahun, betul-betul paripurna. Setelah mencuri hati seorang janda, dicuri pula ayamnya sekalian. Untungnya cinta Ny. Alimah, 33 tahun, pada si maling demikian tulus. Buktinya, dia tak mau perkara itu berlanjut ke Polsek Indihiang (Tasikmalaya). Bahkan “denda” untuk pengganti hukuman Kojad, sijanda pula yang mbayari termasuk menjual ayam itu terlebih dulu.
Etos kerja Kojad sebagai maling memang sangat rapi. Di lingkungan tempat tinggalnya, sama sekali tak ada yang tahu bahwa dia sebetulnya lelaki bermental ganda. Di satu sisi tampak sebagai warga yang baik-baik, tapi di sisi lain dia adalah sesungguhnya musuh masyarakat yang sangat dibenci. “Sanajan jadi maling pantang maling dilembur sorangan (biar jadi maling pantang di kampung sendiri),” begitu prinsip Kojad yang selalu dipegang teguh.
Lemah lembut, santun antar sesama, itu yang dijalani Kojad seharian. Padahal di balik itu, matanya demikian liar mencari peluang. Di mana kira-kira rumah orang yang bisa disatroni. Malam hari boleh, siang hari juga tak masalah. Pokoknya: pagi-pagi mengantar petai, pisang ambon rasanya lezat. Siang hari mata mengintai, menjelang malam barang disikat!
Akibat kemahirannya berperan ganda, Kojad yang pekerjaannya tak jelas tersebut tak pernah kekurangan uang. Setidaknya, makan selalu terjamin, rokok tak pernah telat. Bahkan dari usaha permalingannya tersebut dia bisa menjalani kehidupannya sebagai kodrat lelaki muda, misalnya pacaran. Tapi dasar maling, maunya ya untung saja, termasuk dalam urusan cinta. “Beunang cintana kudu benang oge duitna (dapat cintanya, harus dapat pula uangnya),” begitu tekad Kojad.
Minggu-minggu belakangan ini Kojad sedang nempel seorang janda di tetangga kampung, Alimah namanya. Biar usianya terpaut 4 tahun lebih tua darinya, tak masyallah. Bagi Kojad, yang penting wanita itu selain ayu banyak pula “gizi” (baca: duit)-nya yang bisa ditambang. Dalam peta selingkuhnya, bila wanita kadung cinta, dia pasti akan rela memberikan apa saja, dari goyang sampai uang!
Agaknya Alimah memang begitu. Sebagai janda sekian tahun “doking” tak berlayar, dia memang lumayan kesepian. Maka ketika masuk di relung hatinya seorang lelaki muda bernama Kojad, dia tak mengkritisi benar perilaku dan asal usulnya. Yang nampak hanyalah, Kojad adalah pemuda tampan dan berperilaku santun. “Kunaonnya, kuring sok asa aya panyalindungan lamun aya digigirieuna (kenapa ya, aku selalu merasa terlindungi di sampingnya),” begitu kata Alimah di antara binar-binar wajahnya.
Ternyata tak hanya di situ. Setelah Kojad makin agresip, maunya jadi lebih. Bila kemarin sudah bahagia di sampingnya, kini Alimah baru merasa bahagia setelah “di bawahnya”. Oleh karenanya, mana kala situasi mantap terkendali, keduanya pun lalu berbagi cinta di rumah sijanda. Dan Alimah pun makin sayang saja. Sebab bila almarhum suaminya dulu paling 5 menit usai, Kojad bisa melayani tergantung kebutuhan!
Uniknya si Kojad. Meski sudah berhasil mencuri hati dan “aset” si janda, dia masih juga pengin menggerogoti harta milik Alimah sesuai profesinya. Suatu malam, dia nekad menyatroni rumah doi yang berada di Desa Sukarindik Kecamatan Indihiang tersebut. Ayam jago dalam kandang disikat dan dibawa lari. Namun sial kali ini, ulah Kojad kepergok warga pulang ronda. “Ampun ampun tulungan kuring ulah nepika digebugan (ampun, ampun, mohon aku jangan digebuki),” ratap Kojad menghiba-hiba.
Lelaki maling paripurna ini memang beruntung. Janda Alimah yang segera keluar dari rumah berhasil menyelamatkannya. Kojad dilepas dan tak dipolisikan dengan jaminan si janda. Artinya, meski Kojad harus membayar denda untuk kas desa, yang membayari Alimah sendiri. Bahkan ayam jago yang mestinya jadi barang bukti, dijual sekalian untuk menambah uang denda. Itulah cinta wanita, dia mau berkorban apa saja.
Tapi dasar jiwa maling ayam Kojad terlanjur mendarah daging, “sukses” di kampung janda, tak membuatnya kapok. Di kampung lain dia terus saja mencari rejeki dengan jalan haram. Lagi-lagi dia tertangkap. Kali ini tak ada lagi dewa penolongnya. Akibatnya, selain disel di Polsek Indihiang juga sempat dihajar penduduk. “Sanajan ticeurik ceurik karang dana moal kungsi bisa leupas deui (biar nangis-nangis sama jandamu, tak bakalan lepas kali ini),” maki warga serempak.
Apa yang menjadi prediksi warga memang betul. Sebab ketika diperiksa di Polsek dan kemudian Ny. Alimah dihadapkan, dia tak lagi sanggup menolong. Alimah memang mengakui bahwa Kojad pernah jadi kekasihnya. Tapi itu bagian masa lalu. Lantaran tak ada kapoknya berbuat kriminal,ya sudahlah biarkan saja kini Kojad beku sel polisi.
Hancurlah badan dan jiwa si maling janda!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar