Selamat Datang di Artikel Motivasi Sahabat Sejati



Minggu, 21 November 2010

Jika Suami Penakut


Ketakutan kadang-kadang memang tidak membutuhkan alasan. Ketakutan juga tidak pilih-pilih orang. Walaupun laki-laki konon diciptakan untuk melindungi wanita dan itu berarti seharusnya lebih berani, tidak sedikit kaum Adam yang bernyali ciut. Entah ciut dalam mengambil keputusan, ciut membayangkan hantu maupun hal-hal irasional lainnya.
Lalu bagaimana cara mengatasinya? "Penanganannya jelas berbeda antara mengatasi masalah suami yang takut mengambil keputusan dengan suami yang takut pada hantu dan hal-hal irasional lainnya," kata Anna Surti Ariani, Psi. , dari Jagadnita Consulting.
TAKUT MENGAMBIL KEPUTUSAN
Ketakutan  untuk mengambil keputusan biasanya dilatarbelakangi pengalaman buruk di masa lalu. Misalnya orang tua yang overprotektif dan cenderung mempermudah hambatan yang dialami anak. Atau orang tua yang selalu menyalahkan tiap keputusan yang diambil anak. Kemungkinan lain, yang bersangkutan merupakan anak bungsu yang biasanya tidak diberi kesempatan mengambil keputusan sebanyak si sulung. Ataupun adanya pengalaman tidak mengenakkan berkaitan dengan pengambilan keputusan.
Selain itu ada juga tipe kepribadian tertentu yang sebelum menentukan pilihannya merasa harus banyak bertanya lebih dulu.
Dengan latar belakang seperti itu, istri yang merasa suaminya termasuk pribadi yang takut mengambil keputusan dapat menyiasatinya dengan beberapa cara. Di antaranya tetap libatkan suami dalam pengambilan keputusan keluarga. Kalaupun ada kesulitan, bantulah dengan memberikan informasi dan alternatif pemecahan masalahnya. Tunjukkan bahwa sebagai istri, Anda menghargai suami dalam pengambilan keputusan. Jadi, jangan pernah mendesaknya.
Yang terpenting, saran psikolog yang akrab disapa Nina ini, cobalah bersikap sabar. Jangan gampang tergoda untuk memberikan label-label negatif. Semisal menganggapnya tidak becus, kemudian tergerak untuk memutuskan segala sesuatu sendiri. Jangan pula berlagak tampil sebagai pahlawan yang selalu mengambilkan keputusan bagi suami. Cara-cara seperti ini hanya akan membuat suami tersinggung. Selain merasa kurang dihargai, dalam jangka panjang suami menjadi sedemikian tergantung pada istrinya dalam hal pengambilan keputusan. Kalau sudah begini istri juga yang nantinya akan terbebani.
Kepincangan semacam ini mau tidak mau harus disiasati karena bisa berdampak pada perkembangan anak, terutama dalam hal pengambilan keputusan. Anak yang dibesarkan dalam lingkungan seperti ini akan menyerap informasi bahwa si pengambil keputusan adalah sosok ibu. Bila si anak laki-laki, bukan tidak mungkin dia akan tumbuh menjadi pribadi seperti ayahnya yang takut mengambil keputusan. Sedangkan jika perempuan, si anak akan belajar mengenai dominasi ibunya.
TAKUT BINATANG
Ketakutan  pada binatang boleh jadi merupakan bagian dari pengalaman buruknya di masa kecil yang terbawa sampai ia dewasa. Contohnya pernah melihat cicak terinjak. Lantaran sedemikian terkejut, bayangan tubuh cicak yang gepeng akibat terinjak itu terus terbawa setiap kali ia melihat cicak. Bisa dimengerti kalau kemudian menimbulkan ketakutan yang tidak masuk akal.
Ada juga kasus-kasus yang tergolong berat berupa fobia, yakni ketakutan terhadap sesuatu tanpa alasan yang masuk akal. Contoh ekstremnya adalah kucing yang mengejar tikus. Kejadian yang sangat biasa dalam kehidupan sehari-hari ini diasosiasikan oleh orang yang punya fobia sebagai adegan polisi yang tengah memburu penjahat. Nah, ketika sedang dirundung rasa bersalah, ia merasa dirinya tak ubahnya seperti penjahat. Ketakutannya pun jadi berlebihan begitu melihat kucing. Selain tidak masuk akal, bagi sebagian orang kejadian semacam ini seringkali tidak dapat ditebak penyebabnya. Penyebabnya bisa sama-sama tak masuk akal seperti halnya gejala ketakutan yang ditunjukkan.
Bagaimana menghadapi suami seperti ini? Kalau binatang tadi mudah dihindari, ya sebaiknya dihindari saja. Yang tidak kalah penting, jangan pernah memaksa suami untuk tampil berani. Langkah-langkah penanganan bagi penderita fobia, bila dilakukan awam secara tidak terstruktur justru bisa meningkatkan kadar ketakutan itu sendiri.
Sedangkan jika dirasa sudah sangat mengganggu ada baiknya konsultasikan dengan ahli, yakni psikolog, psikiater, dan konselor. Ada beberapa jenis terapi yang dilakukan untuk mengatasi masalah ini. Antara lain dengan teknik pemaparan, yakni justru mengajak individu menemui apa yang ditakutinya. Tentunya tidak asal dipertemukan, melainkan dengan metode-metode khusus.
TAKUT PADA HAL-HAL IRASIONAL
Latar  belakang para suami yang takut pada hal-hal irasional ini sedikit banyak juga disebabkan oleh salahnya pola asuh. Menakut-nakuti anak dengan hal-hal irasional hanya agar mau melakukan hal-hal sederhana. Contohnya, anak ditakuti-takuti akan dibawa kantong wewe kalau tak mau makan.
Untuk mengatasinya, cobalah ajak suami untuk lebih mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa. Tak ada salahnya berdialog dengan tokoh agama. Dengan begitu suami dapat melihat masalah ini dari perspektif yang berbeda dan dapat mendudukkan ketakutannya sesuai proporsinya. Namun, bila keadaannya sudah sangat parah, ada baiknya segera hubungi ahli, dalam hal ini psikolog/psikiater. Dengan cara ini diharapkan dapat tergali akar ketakutan yang sebenarnya. Beberapa terapi psikologi dapat digunakan untuk kasus ini.
KETAKUTAN PADA HAL-HAL LAIN
Ketakutan  lain yang juga sering dijumpai adalah ketakutan yang ada hubungannya dengan sosialisasi. Misalnya takut tampil di muka umum, takut "berurusan" dengan tetangga, takut bicara dengan orang-orang yang baru dikenal dan sebagainya.
Latar belakang hal-hal tersebut kurang lebih sama, yaitu pola asuh yang kurang tepat sejak kecil, seperti dilarang bergaul dan sebagainya. Atau adanya pengalaman buruk seputar sosialisasi yang tidak terselesaikan sewaktu kecil dan terbawa sampai dewasa. Bisa juga ada asosiasi antara apa yang pernah dialami dengan hal-hal buruk lainnya, hingga menghasilkan ketegangan bahkan fobia di bawah sadar.
Cara mengatasinya, tunjukkan pada suami bagaimana seharusnya "berhubungan" dengan orang lain. Misalnya dengan mengajaknya jalan-jalan keliling kompleks dan menyapa para tetangga yang dijumpai. Tunjukkan (tanpa menggurui) bahwa bicara dan bersosialisasi dengan orang lain tidaklah menyeramkan seperti yang dibayangkannya.
TIPS BAGI SUAMI
Beberapa  hal berikut disarankan oleh Nina bagi para suami yang memiliki masalah seperti di atas.
* Bicarakan ketakutan ini dengan orang lain, sehingga tidak merasa sendirian mengalaminya.
* Cari tempat yang tenang bila tiba-tiba merasa takut, pada apa pun. Tarik napas dalam-dalam, tenangkan diri, dan bayangkan hal-hal yang menyenangkan.
* Yakinkan diri bahwa objek yang ditakuti sebenarnya tidak berbahaya.
* Katakan pada diri sendiri bahwa Anda tidak akan mudah dikalahkan oleh rasa takut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar