Selamat Datang di Artikel Motivasi Sahabat Sejati



Kamis, 13 Januari 2011

Ku Ingin Kau Tahu Aku Mencintaimu

Berat mataku memandang kau jauh dariku,
Sedang dalam bayangku kau dekat bersamaku,
Sebak sayu hatiku,
Tanpa ku sedari tertitis air mataku,
Mungkin ini silapku,
Mungkin ini khilafku,
Mungkin ini balasanku,
Kerna permainkan cintaku yang dahulu,
Ku ingin kau tahu,
Aku mencintaimu,
Ku ingin kau tahu,
Aku sayang kamu,
Walau apa rasamu,
Hatiku takkan berubah,
Hingga ajal menjemputku,
Biar derita yang ku tanggung,
Biar pecah berdebu hatiku,
Selagi tuhan izinkan hatiku untukmu,
Takkan pudar cintaku padamu.

aku terkenang kamu..

mengapa ketika aku sendirian..
aku terkenang kamu..
mengapa ketika tidurku..
aku terigaukan kamu..
mengapa setiap detik piluku..
kau menjadi senyumanku..
aku tak menharap sesuatu yang indah untuk kau beri kepadaku..
cukuplah kau bahagia dalam hidupmu..
kerana ia akan menjadi kebahagiaan kepadaku jua..

kau umpama permata indah didalam kaca..
keindahanmu kekal tanpa usikan..
kau sangat misteri padaku..
kerana senyum tawamu mengiringi pertanyaanku..
semakin kunafi perasaan ku..
semakin menjadi rinduku..
semakin ku lawan dirimu..
semakin tertawan denganmu..
ku tertewas hanya dengan kamu..
ku ingin tahu perasaanmu..
agar dapat ku zahirkan rasa cintaku..
kerana apa yang aku telah tahu..
smakin hari semakin sayang ku padamu...

Sabtu, 01 Januari 2011

“jangan pernah berhenti untuk saling menasehati!”

Sore itu matanya terlihat sembab. Bekas aliran air mata di pipinya tak mampu ia sembunyikan dari hadapan saya. Ia menunduk sebentar, mengusap kedua matanya kemudian tersenyum, berpura-pura ceria seakan tak terjadi apa-apa. Tapi ia tak bisa menipu saya. Saya tahu ia habis menangis. Tangis apa itu awalnya saya tak tahu. Maka saya tanya ia “menangis kenapa?”. Ia menjawab”tangis haru mengingat cinta kasih ibunda padaku. Setelah melihat seorang ibu yang memeluk anaknya di taman itu aku rindu ibu, rindu kasih sayangnya, rindu nasehat-nasehatnya”. Dan Azan maghrib pun mengalun sendu bersama ketakjubanku terhadap lembut hatinya.
Di lain waktu seorang diantara kita pernah terhenyuh hatinya melihat pengemis kecil-hitam- kumal di jalanan yang sebenarnya setiap hari ia lalui. Dalam batin ia berandai; Oh, seandainya dunia ini tak menyisakan kepedihan, kenestapaan, seandainya semua orang hidup bahagia. Namun kenyataan berkata lain dan itu ia tak bisa pungkiri. Ia pun paham bahwa sebenarnya ini kesempatannya untuk berbagi. Maka ia keluarkan lembaran-lembaran dari poketnya. Kali ini bukan hanya recehan seperti biasanya. Toh ia masih punya banyak lembar lainnya yang lebih mahal warna dan nominalnya. Sungguh menakjubkan karena ia baru tahu bahwa berbagi ternyata lebih nikmat dari pada membeli hanya sekedar demi kepuasan sendiri.
Kita pun pernah lihat bagaimana seorang pemuda yang tenggelam hari-harinya dalam dosa dan kehampaan. Namun suatu ketika sebuah nasehat menusuk hatinya, mengisi relung-relung jiwanya. Ia tersungkur, ia bertaubat. Dan kini ia adalah penyebar kebaikan dan kasih sayang kepada manusia.
Sebaliknya. Kita pernah pula lihat seorang yang keras hatinya. Beribu-ribu nasehat telah melintasi telinganya. Beratus-ratus musibah peringatan telah mewarnai hari-harinya. Berjuta-juta detik dalam hidupnya telah terpuaskan oleh kegalauan karena dosa, kedurhakaan dan ketidakpedulian kepada Pencipta juga kepada sesama. Namun ia tak juga sadar. Ia tutup matanya, ia sumbat telinganya ia bungkam suara hatinya, ia bunuh nu-ra-ni-nya sen-di-ri. Hatinya keras bagai batu.
Namun ingat! Batu pun perlahan dapat terkikis hanya oleh tetesan air yang lembut. Maka saya katakan:

“jangan pernah berhenti untuk saling menasehati!”
Tuan dan Puan sekalian yang saya sayangi. Tak lengkap rasanya tulisan singkat ini jika tanpa pertanyaan yang bagus untuk kita ajukan kepada diri kita sendiri:
Lembut atau keraskah hati kita ini?
Bukankah kita ingin cepat pintar memahami kejadian, merenungi nasehat, memaknai kehidupan, menuju kematian?!
Kita tak ingin jadi orang tuli-nurani dan bebal hati. Benar, kan?????

' Mentertawai ' Masa Lalu

Sebaik apa pun seorang manusia itu dipandang oleh manusia lainnya ia tak ‘kan pernah menjadi malaikat, apalagi sosok yang patut disembah. Karena dalam dirinya, bukan cuma ada nalar dan nurani, di sana juga ada naluri. Dalam dirinya, bukan Cuma ada akal dan iman, namun juga ada syahwat. Sungguh, bukan cuma kekuatan dan kebijakasanaan yang ada di sana, namun juga kelemahan dan ketergelinciran serta berbagai keterbatasan. Ia tak ‘kan jadi sempurna dalam pengertiannya yang tanpa celah. Ia hanya jadi sempurna secara relatif sebagai manusia. Itulah batas akhirnya. Dan hidup, bagi mereka yang bijak, adalah perjalanan menuju ke sana. Tak ‘kan ada titik. Yang ada hanya koma, sampai kematian menutup perjalanan itu.
Ketika sedang duduk sendiri menghirup segarnya udara pagi, atau ketika berjalan kala senja menyaksikan bunga-bunga yang tengah mekar di pinggir rumah, atau ketika kita tenggelam dalam samudera perenungan dan instrospeksi menjelang tidur, kita sering tersenyum sendiri menatap masa lalu. Tak jarang, tawa kecil kita meledak dalam sunyi-gelapnya malam. Kala itu kita geli sendiri, malu pada waktu, pada manusia, pada Allah, karena dahulu kita pernah keliru, kita pernah salah bersikap, berkata-kata, kita…. pernah “tak merasa kita salah”. Tawa yang kadang beriring rintih tangis pengakuan. Dan setelah itu seakan ada yang berbisik genit ke telinga kesadaran kita: “Bodoh sekali kau dulu itu!”, katanya.

Lantas, apakah itu semua mampu buat kita tambah baik jadinya?! Tidak… Kar’na kesalahan tetaplah kesalahan sebelum ia diperbaiki atau dihapuskan, kekeliruan tetaplah kekeliruan sebelum ia dikoreksi, dan dosa tetaplah dosa sebelum ia ditaubati.
Maka benar juga kata orang-orang itu. “Lebih baik jadi mantan preman daripada mantan ustadz”. Apa sebabnya?!. Karena mantan preman -yang mungkin telah menjadi ustadz kini- adalah ia yang menertawai masa lalunya yang bodoh dan lucu sehingga akhirnya ia paham apa sejatinya makna hidup dan kehidupan. Sedangkan mantan “ustadz-ustadzan” -yang mungkin telah menjadi pendosa kini- adalah ia yang menjadi picik karena tak pernah mau berdialog dengan nuraninya sen..diri. Ke-ustadzan-nya dahulu hanyalah simbol yang dangkal, tanpa pernah ia coba membumikannya dalam kesadaran hidupnya. Lihatlah ia terperosok jauh sekali. Tapi kita berdoa, mudah-mudahan sebelum mati ia dapat “kembali”.
Tuan dan Puan sekalian yang saya sayangi. Beberapa waktu lalu Anda mungkin saja bertemu kembali dengan sahabat lama anda. Anggap saja namanya Budi. Dahulunya Anda anggap Budi adalah sampah bagi manusia. Kebiasaannya tak lain hanyalah bernafas -seringkali dengan “bantuan” asap rokok-, makan, tidur, menghabiskan harta orang tua, selalu mengucap “malas” untuk suatu yang bermanfaat dan tak berminat kecuali dalam urusan syahwat. Anda pernah menduga bahwa ia akan terus menghabiskan waktunya menuju ajal dengan selalu menyusahkan manusia di sekelilingnya.
Namun ternyata Anda terkaget-kaget tak menentu ketika pertemuan kembali itu. Apa yang terjadi?! Budi berubah kini. Hidupnya lebih cerah dari Anda. Bukan hanya masalah materi, tapi secara spiritual ia begitu hebat kini. Disaat Anda merasakan sempitnya hati karena jiwa yang kian kering gulita, ia datang memberikan Anda nasihat yang sejuk bagaikan embun di pagi hari. Disaat Anda galau dan bimbang bertanya-tanya maksud sebenarnya hidup dan kehidupan ini, ia datang dengan berbagai penjelasan yang membuat hati anda tenteram benderang. Awalnya Anda mungkin menolak, karena Anda merasa masa lalu Anda lebih baik darinya. Namun Anda lupa, bahwa Anda jarang sekali berintrospeksi, bahwa Anda tak pernah belajar dari kesalahan. Anda tersungkur. Dan harapan saya di masa depan Anda akan menertawai sikap Anda ini.
Sedangkan si Budi itu adalah pembelajar sejati, yang tak pernah ingin melewatkan sekecil apa pun kesalahan dalam hidupnya di masa lalu untuk dinobatkan menjadi guru dalam perjalanannya menuju masa depan. Tentu ada titik balik dalam hidupnya yang membuat menyadari kesalahannya dan menjadikannya begitu berbeda kini. Mungkin ia tersentak sadar ketika ayahnya meninggal dunia, atau ibunya, atau selepas kecelakaan, atau juga sehabis bencana yang menimpa dirinya, atau karena tak sengaja duduk mendengar kajian ketika maksud hati berlari pagi melintasi masjid kampus UGM hari minggu pagi, atau juga ketika ia membaca tulisan yang menggugah hati. Hmmm, memang setiap orang punya cara yang berbeda-beda ketika menyongsong hidayah. Semoga Anda mengalaminya sebaik dan sesegera mungkin.
Intinya yang ingin saya sampaikan dalam kesempatan ini adalah; Ambillah pelajaran dari setiap kesalahan yang Anda lakukan, dan berjanjilah bahwa Anda tak akan mengulangi kesalahan tersebut. Toh setiap manusia pernah salah, pernah terjatuh dalam dosa dan maksiat. Namun yang terpenting dalam perspektif Islam adalah sejauh mana seorang itu memiliki semangat untuk berintrospeksi dan bertaubat secara konstan. Sebab, taubat hakikatnya adalah proses perbaikan diri secara berkelanjutan. Dengan taubat itulah seorang dapat mengubah setiap kesalahan menjadi pelajaran mahal bagi kelanjutan langkah-lagkahnya menuju kehidupan yang berjaya dunia dan akhirat.

Cinta di Dunia Maya Realita Atau Fatamorgana

ketika kita menghadapi problem kronis, kita akan cenderung menutupinya dan berdusta terhadap diri sendiri. Dalam kesendirian mungkin kita sering mengeluh karena tidak ada orang yang bisa kita jadikan teman curhat. Setiap orang yang tidak bisa mengadukan dan mencurahkan problemnya pada orang yang kredibel mungkin akan menganggap hal itu sebagai musibah besar. Banyak orang yang lari ke internet dan mencoba mencurahkan problem mereka.

Sekarang kita dihadapkan pada dilema besar yang tidak ada orang yang bisa menggambarkan bentuk dan kesudahannya. Saya hanya ingin menjelaskan sedikit tentang hakikat dunia maya. Perlu Anda ketahui bahwa yang kita rasakan di dunia maya sangat berbeda dengan yang kita rasakan di dunia nyata. Untuk pindah dari dunia maya ke dunia nyata memerlukan pertimbangan yang matang dan kesiapan mental yang cukup.

mohon maaf bila saya mengatakan bahwa mayoritas kita tidak mengetahui – hingga sekarang – hakikat internet, seperti kendala dan resiko yang akan dihadapi ketika memasukinya. Sama sekali tidak terbersit dalam hati mereka tentang hal-hal seperti ini ketika memasuki dunia maya.

Contohnya adalah Anda, yang mengatakan, “Kami hanya chatting dan tidak ngobrol lewat telepon.” Chatting di internet sangatlah berbeda dengan ngobrol di telepon. Sangat jauh berbeda antara berkomunikasi di dunia maya dengan berkomunikasi di dunia nyata. Chatting adalah dunia maya dan kita tidak tahu keinginan yang sebenarnya dari teman komunikasi kita, sedangkan telepon berada di dunia nyata. Sekalipun dalam telepon ada beberapa hal yang belum jelas -karena kita hanya mendengar suara- tetapi dia menggambarkan sesuatu yang nyata. Adapun internet, adalah personil-personil yang hanya mengatakan tentang diri mereka. Mungkin mereka akan mengatakan bahwa mereka laki-laki, padahal mereka perempuan. Mungkin pula mereka akan mengatakan bahwa mereka berada di Amerika, padahal mereka berada di Afrika Selatan. Akan terkesan berbelit-belit bila saya menjelaskan hal ini lebih detail.

“Jika Anda benar-benar ingin serius dengannya dan ingin melangkah bersama dalam dunia nyata, maka mintalah informasi tentang keluarganya di Suriah. Katakan padanya agar dia memberitahu keluarganya tentang hubungan kalian dan Anda tidak akan menemuinya di Suriah sampai dia memberitahukan tentang keluarganya secara mendetail. Katakan padanya dengan tegas bahwa jika dia benar-benar ingin bertemu maka itu harus diketahui keluarga kalian. Katakan padanya bahwa pertemuan tersebut bukan suatu kepastian, tetapi baru permulaan untuk menentukan langkah yang akan diambil; berlanjut atau tidak. Jika dia mau memenuhi usul anda dan bertemu dengan sepengetahuan
pihak keluarganya, maka Anda boleh mempercayainya. Namun jika dia tidak
mau memenuhi hal tersebut, maka jangan melanjutkan hubungan dan jangan
sekali-kali menemuinya, karena itu akan sangat berbahaya bagi Anda.”

Menjadi Lebih Baik

Huh!”, “Ck!”, “Walah!”, hingga “Duh, biyuuuung!”, mungkin sederet ucapan-ucapan yang sering kita lontarkan. Semua bernada keluh dan kesah akan sesuatu yang mengecewakan atau sesuatu yang gagal kita capai sesuai target kita.

Kemudian kita kadang bisa langsung jatuh (lebih) terpuruk namun juga tidak sedikit yang bisa langsung melupakan kegagalan itu.

Image hosting by Photobucket

Pernah, dulu, ketika sedang berkutat dengan deadline pengumpulan print out revisi skripsi, bermasalah dengan mesin printer. Ketika diburu waktu, printer dan komputer silih berganti mengalami hang. Tanpa sadar berulang kali terucap kata “Ck”* sebagai buntut kekesalan sekaligus keluh kesah waktu yang terbuang percuma.

Saudaraku yang kebetulan berada dalam satu ruangan, seketika langsung menegur dengan keras tentang keluh dan kesahku itu.

Dengan “hanya” melontarkan kata “Ck” sekali saja apalagi berulang kali, akan membuat keadaan menjadi lebih buruk. Bagi orang lain yang mendengar ternyata akan membuat gusar dan rasa tidak nyaman. Yang pasti orang itu lebih suka mendengar sesuatu yang menyenangkan daripada sebuah celetukan “Ck” tadi, kan?

Selain itu, keluhan seperti itu dapat membuat orang merasa buntu dan bersikap kalah sebelum bertanding. Dan yang pasti tidak menyelesaikan masalah.

Wah, benar juga. Tidak terpikir bahkan terasa sebelumnya akan hal itu. Sepele sepertinya, tapi ternyata memiliki ekses negatif yang cukup nyata. Bahasa gaulnya: punya ekses yang signifikan! ;)

Mulai saat itulah lambat laun celetukan-celetukan "nggak penting" mulai kuhindari. Walau hal itu ternyata tidak gampang. Perlu proses yang lama akan sesuatu yang sudah lama juga kita lakukan. Yap, sebuah proses alamiah.

Dan ternyata untuk bisa mempunyai pikiran positif akan sesuatu hal itu bisa dipelajari atau paling tidak bisa diketahui langkah-langkah agar kita bisa selalu berpikir positif. Seperti yang diperoleh dari situs www.astaga.com kita mungkin bisa mencoba, memahami, bahkan bisa mengajak kepada orang lain untuk mengikuti langkah untuk berpikir postif. Karena semua ini adalah sebuah proses belajar.

Ada 10 poin:

1. Melihat masalah sebagai tantangan. Bandingkan dengan orang yang melihat masalah sebagai cobaan hidup yang terlalu berat dan bikin hidupnya jadi paling sengsara sedunia. Ya. Karena dengan segala tantangan itulah hidup menjadi lebih indah.
2. Menikmati hidupnya. Pemikiran positif akan membuat seseorang menerima keadaannya dengan besar hati, meski tak berarti ia tak berusaha untuk mencapai hidup yang lebih baik. Hal ini mungkin yang membuat setiap pagi menjadi selalu indah dan selalu dinantikan.
3. Pikiran terbuka untuk menerima saran dan ide. Karena dengan begitu, boleh jadi ada hal-hal baru yang akan membuat segala sesuatu lebih baik. Walau menerima saran atau kritik kadang sangat pahit, namun inilah gambaran tentang diri kita dari orang lain.
4. Mengenyahkan pikiran negatif segera setelah pikiran itu terlintas di benak. ‘Memelihara’ pikiran negatif lama-lama bisa diibaratkan membangunkan singa tidur. Sebetulnya tidak apa-apa, ternyata malah bisa menimbulkan masalah. Hal inilah yang kadang tidak kita anggap serius. Namun fakta telah membuktikan! ;)
5. Mensyukuri apa yang dimilikinya. Dan bukannya berkeluh-kesah tentang apa-apa yang tidak dipunyainya. Sepakat!
6. Tidak mendengarkan gosip yang tak menentu. Sudah pasti, gosip berkawan baik dengan pikiran negatif. Karena itu, mendengarkan omongan yang tak ada juntrungnya adalah perilaku yang dijauhi si pemikir positif. Untuk para penggemar tayangan infotainment, ini peringatan yang lumayan serius. Demi kebaikan bangsa dan negara. =)
7. Tidak bikin alasan, tapi langsung bikin tindakan. Pernah dengar pelesetan NATO (No Action Talk Only), kan? Nah, mereka ini jelas bukan penganutnya. Tuntutan untuk kritis kadang bisa dianggap terlalu banyak alasan. Hati-hati, bos!
8. Menggunakan bahasa positif. Maksudnya, kalimat-kalimat yang bernadakan optimisme, seperti “Masalah itu pasti akan terselesaikan” dan “Dia memang berbakat”. Setuju!
9. Menggunakan bahasa (Sekolah Bahasa) tubuh yang positif. Diantaranya adalah senyum, berjalan dengan langkah tegap, dan gerakan tangan yang ekspresif atau anggukan. Mereka juga berbicara dengan intonasi yang bersahabat, antusias, dan “hidup”. Senyum itu ibadah. membuat orang lain tersenyum, akan mendapat pahala juga. Amien.
10. Peduli pada citra diri. Itu sebabnya, mereka berusaha tampil baik. Bukan hanya di luar, tapi juga di dalam. Image. Sesuatu yang sangat penting. Walau tidak bermaksud kepada kita untuk menggunakan "topeng", namun sebagai sebuah penyampaian "diri" sebaik-baiknya di depan orang lain, citra diri baik untuk kita.

Menghindari Hubungan 'Terlarang'

Bertemu dengan orang yang sangat menarik dan tiba-tiba jatuh cinta bisa menjadi awal affair atau perselingkuhan yang tidak diinginkan.

Bermain-main dengan 'cinta terlarang' bisa menghancurkan hubungan dengan pasangan, kekasih hingga pertemanan.

Agar tak terjerumus pada penyesalan yang dalam, lebih baik cari solusi untuk mengatasi asmara yang tak diinginkan ini.

Hal pertama yang harus dilakukan adalah menenangkan diri. Seringkali, rasa cinta menghalangi penilaian karena Anda sedang 'dimabuk' asmara dan seolah menganggap semuanya akan teratasi dan bisa mengimbangi antara hubungan affair dengan hubungan yang ada saat ini.

Tapi jangan biarkan perasaan tersebut tak terkendali dan menguasai Anda, karena hubungan cinta yang rumit pasti akan membawa masalah lebih besar.

Selanjutnya, evaluasi perasaan suka yang tidak semestinya ini pada diri Anda. Tanyakan pada diri sendiri apakah Anda sudah melewati batas, apakah Anda sudah melanggar moral?

Sebagai contoh, menjalin affair dengan seorang rekan kerja yang usianya lima tahun lebih muda bukankah sama artinya dengan menghancurkan kehidupan rumah tangga sekaligus menggoda suami adik Anda sendiri?

Sebaiknya pikirkan segala konsekuensi yang akan Anda tuai dari hubungan asmara terlarang ini. Menjalin hubungan dengan atasan akan membuat profesionalitas kerja terganggu. Menjalin asmara yang tak perlu dengan bawahan juga bisa berakibat Anda tak bisa memberikan penilaian obyektif, meski Anda merasa sudah berlaku adil.

Untuk menjauhkan resiko tersebut, sebaiknya ungkapkan perasaan Anda pada orang yang dapat dipercaya untuk memberi masukan sekaligus cara mengatasinya.

Setelah menimbang, saatnya mengambil keputusan. Dua pilihannya adalah terus menjalin hubungan dengan orang tersebut atau segera melepaskan ikatan.

Awalnya memang tidak mudah, namun kegigihan usaha pasti akan membuahkan hasil. Jika memutuskan untuk tetap meneruskan cinta terlarang ini, Anda harus siap menghadapi risiko hubungan yang rumit serta berbagai masalah lainnya. Semuanya kembali lagi pada Anda.